SUKU DAN BUDAYA SUNDA
TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
Penyusun :
Nama
: Farhani Rahmah
Kelas
: 1EA32
NPM
: 13214969
Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok
etnis
yang berasal dari bagian barat pulau
Jawa,
Indonesia, dengan istilah
Tatar Pasundan
yang mencakup wilayah administrasi provinsi
Jawa Barat,
Banten,
Jakarta,
Lampung dan wilayah barat
Jawa Tengah (
Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua
terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan
orang Sunda. Jika
Suku Banten
dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan
orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama
Islam,
akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama
kristen,
Hindu,
dan
Sunda Wiwitan/
Jati
Sunda. Agama
Sunda Wiwitan
masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan
dan masyarakat
suku Baduy di
Lebak
Banten yang berkerabat dekat dan dapat
dikategorikan sebagai suku Sunda.
Jati diri yang
mempersatukan orang Sunda adalah
bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal
memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang.
[2] Orang
Portugis mencatat dalam
Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan
pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang
Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di
Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15
dengan orang Portugis di
Malaka. Hasil dari diplomasinya
dituangkan dalam
Prasasti
Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat
Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Bahasa
Ada
beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga
dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa
biasanya membedakan enam dialek berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Kesenian
Seni tari
Seni tari utama
dalam Suku Sunda adalah
tari jaipongan,
tari merak, dan tari topeng.
Tanah Sunda (Pasundan) dikenal
memiliki aneka budaya yang unik dan menarik,
Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang
terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan
tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari
tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan dengan
iringan musik yang khas pula, yaitu
degung.
Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti
gendang,
gong,
saron,
kacapi,
dsb
Wayang Golek
Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang
Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari
kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut
Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara
manusia.
Seni musik
1. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan
prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah)
dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada)
pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari
awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang
berwarna putih).
2. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian
yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar
tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian lokal.
Rumah Adat
Secara
tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m - 0,8
m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua
usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri umumnya
digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda,
atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan
sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang
terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak
tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam
rumah.
Budaya Sunda
Budaya Sunda
adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat
menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya
1. Sistem
Kepercayaan
Mayoritas masyarakat Sunda beragama Islam. Suasana kehidupan
sehari-hari, pendidikan dan kebudayaannya penuh dngan nilai-nilai keislaman.
Masyarakat Sunda pada umumnya yang ada di pedesaan masih kuat kepercayaannya
pada mitos dan takhayul. Mereka dating ke makam-makam suci sebagai tanda kaul
atau penyampaian permohonan atau meminta restu sebelum mengadakan suatu usaha
pesta atau perkawinan.
Kepercayaan pada cerita-cerita mitos dan ajaran agama sering
diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara-upacara adat berhubungan dengan
salah satu fase lingkaran hidup manusia yang berhubungan dengan kaul,
mendirikan rumah, menanam padi. Para petani mengenal dongeng-dongeng yang
bersangkut paut dengan tanaman padi antara lai Nyi Potehi, Sanghyang Sri.
Karakter
masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (soméah), murah senyum,
lemah-lembut, dan sangat menghormati orang tua. Itulah cermin budaya masyarakat Sunda.
3.
KESENIAN
KIRAB HELARAN atau yang disebut sisingaan adalah
suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan
arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara
khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian,
kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang
diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa
arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini
yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot
Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok
masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak,
kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
KARYA SASTRA di bawah ini disajikan daftar karya
sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini
tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya dalam bahasa
Jawa namun berasal dari daerah Sunda,
- Babad Cerbon
- Cariosan Prabu Siliwangi
- Carita Ratu Galuh
- Carita Purwaka Caruban Nagari
- Carita Waruga Guru
- Kitab Waruga Jagat
- Layang Syekh Gawaran
- Pustaka Raja Purwa
- Sajarah Banten
- Suluk Wuyung Aya
- Wahosan Tumpawarang
- Wawacan Angling Darma
- Wawacan Syekh Baginda Mardan
- Kitab Pramayoga/jipta Sara
PENCAK
SIALAT CIKALONG
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk
tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh
Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik
perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan
kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran,
pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
SENI
TARI
a. TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang
unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari
daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah
moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional
khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan
iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan
kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung
bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari
Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang
terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya
dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang
menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau
pesta pernikahan.
b. TARI MERAK
c. TARI TOPENG
SENI
MUSIK DAN SUARA
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni
suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang
membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini
biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat
menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup
sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu
daerah Sunda :
- Bubuy Bulan
- Es Lilin
- Manuk Dadali
- Tokecang
- Warung Pojok
WAYANG
GOLEK

Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka tanah
Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan
sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara
merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki
keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong,
pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang
Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara
lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam
suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita
yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh
baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari
India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita
mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang
sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan,
seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka
merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering
memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh
tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
ALAT
MUSIK
1.
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari
angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik
(da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung
(bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna
putih).
2. Angklung adalah
sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan
oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung
masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional
3. KETUK TILU Ketuk
Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan
atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan
tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara
sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh
karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan
yang jarang kegiatan hiburan.
4. SENI BANGRENG Seni Bangreng adalah
pengembangan dari seni “Terbang” dan “Ronggeng”. Seni terbang itu sendiri
merupakan kesenian yang menggunakan “Terbang”, yaitu semacam rebana tetapi
besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang
penabu gendang besar dan kecil.
5. RENGKONG Rengkong adalah salah satu kesenian
tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun
1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan
mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata
cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya
6. KUDA RENGGONG Kuda
Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat
di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor
kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung
kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria,
bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai
kain serta selop.
7. KECAPI SULING Kacapi
Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan
Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi
oleh mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas
Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar
kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
4.
SISTEM KEKERABATAN
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis
keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah
yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan
peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh
sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki
yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.
Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan
vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau
janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara
yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau
uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara
yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan
anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal
pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang
maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa
Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
5. BAHASA
Bahasa yang digunakan oleh
suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan
digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang
serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan
bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda
yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.
7.
ADAT ISTIADAT
UPACARA
ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang
ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda.
Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
- Nendeun Omong, yaitu
pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting
seorang gadis.
- Lamaran. Dilaksanakan orang tua
calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut
sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang,
seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak
mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng,
melambangkan kemantapan dan keabadian.
- Tunangan. Dilakukan ‘patuker
beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos
kepada si gadis.
- Seserahan (3 – 7 hari sebelum
pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah
tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
- Ngeuyeuk seureuh (opsional,
Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat
sebelum akad nikah.)
- Dipimpin pengeuyeuk.
- Pengeuyek mewejang kedua calon
pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta
memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan
berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
- Diiringi lagu kidung oleh
pangeuyeuk
- Disawer beras, agar hidup
sejahtera.
- dikeprak dengan sapu lidi disertai
nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
- Membuka kain putih penutup
pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan
belum ternoda.
- Membelah mayang jambe dan buah
pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling
mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
- Menumbukkan alu ke dalam
lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
- Membuat lungkun. Dua lembar
sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang.
Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang
hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat
dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
- Berebut uang di bawah tikar
sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
- Upacara Prosesi Pernikahan
- Penjemputan calon pengantin
pria, oleh utusan dari pihak wanita
- Ngabageakeun, ibu calon
pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon
pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin
wanita untuk masuk menuju pelaminan.
- Akad nikah, petugas KUA, para
saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua
menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri
pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti
penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua
mempelai akan menandatangani surat nikah.
- Sungkeman,
- Wejangan, oleh ayah pengantin
wanita atau keluarganya.
- Saweran, kedua pengantin
didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun
berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin
dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas
payung.
- Meuleum harupat, pengantin
wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita
dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
- Nincak endog, pengantin pria
menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air
bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya
jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat
syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan